Senin, 18 Oktober 2021

PANEN HASIL KARYA PENDIDIKAN GURU PENGGERAK ANGKATAN 2 KOTA BANDAR LAMPUNG

 Modul 1.1 Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

Menumbuhkan qodrat dan potensi murid melalui kegiatan Belajar Bersama Ahlinya

Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak

Mewujudkan kepemimpinan murid Kegiatan Berbagi Tajil di Bulan Ramadan

Menggerakan komunitas praktis di lingkungan sekolah


Mengerakkan komunitas praktis pada Forum MGMP Bahasa Indonesia


Pemimpin pembelajar dalam kegiatan praktik seminar Materi Karya Ilmiah Bahasa Indonesia kelas XI



Kolaborasi Antar guru pada Kegiatan Gerak Seni Budaya Bersama pengurus Yayasan  Unila bidang seni Ibu Dr.Farida Ariani

Modul 1.3 Visi Guru Penggerak

Modul 1.4 Budaya positif





Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi


Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional

Modul 2.3 Coaching

Modul 3.1 Pengambilan Keputusan sebagai pemimpin pembelajar
Modul 3.2  Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya
Modul 3.3 Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid




Koneksi Antarmateri Modul 3.3 Pengolahan Program yang Berdampak pada Murid

 

Kegiatan lokakarya 6 CGP Kota Bandar Lampung

                        KBM siswa kelas X SMA YP Unila Bandar Lampung

Modul 3.3 ini merupakan paket modul terakhir dalam rangkaian Program Pendidikan Guru Penggerak. Modul ini berisi tentang Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid. Modul ini membahas tentang bagaimana membuat program yang berdampak pada murid  dengan tahapan alat bantu pendekatan berbasis aset, yaitu BAGJA, melakukan strategi MELR (Monitoring, Evaluation, Learning, and Reporting), melakukan manajemen resiko dirancang untuk meminimalkan resiko yang akan timbul dari program yang dibuat. Sebuah program tentunya memiliki risiko yang dapat kita antisipasi sebelum program dilakukan sehingga program tersebut dapat berjalan dengan baik.

Menurut Ki Hadjar Dewantara maksud pendidikan adalah menuntun segala kekutan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai kebahagian yang setingi-tinginya baik sebagai manusia, maupun anggota masyarakat (Ki Hadjar Dewantara, 1936, Dasar-Dasar Pendidikan, hal. 1 paragraf 4) hal ini tentu berkaitan dengan materi Pengilahan Program yang berdampak pada Murid di modul 3.3 ini. Suatu program hendaknya dilaksanakan dengan tujuan mengembangkan seluas-luasnya kodrat yang dimiliki masing murid sehingga mereka mencapai kebahagian  setinggi-tingginya sebagai manusia. Melalui program yang berdampak pada murid tersebut diharapkan murid dapat berperan aktif dan terlibat secara langsung dalam program yang dilakukan sekolah. Murid dapat belajar menjadi pemimpin dalam melaksanakan suatu program. 

Suatu program tentunya harus dapat memanfaatkan aset dan potensi yang dimiliki sekolah. Hal ini tentunya sangat berkaitan dengan modul 3.2 Pemimpin Pembelajar dalam Dalam Pengolahan Sumber Daya. Seorang guru penggerak hendaknya dapat memaksimalkan segala potensi dan sumberdaya yang dalam merancang suatu program yang berdampak pada murid. Hal ini sangat berkaitan dengan pendekatan Inkuiri Apresiatif atau pendekatan yang dikenal dengan tahapan BAGJA.

Hal menarik lainnya adalah mengenai  Pengelolaan Program adalah strategi MELR (Monitoring, Evaluation, Learning and Reporting), berikut penjelasannya:

1. Monitoring dan Evaluasi (Monitoring and Evaluation)

Monitoring dan evaluasi adalah suatu aktivitas yang sangat penting untuk mendukung tercapainya suatu tujuan dari program yang dilakukan. Monitoring dan evaluasi perlu disinergikan dengan kegiatan atau program yang sedang berjalan dengan melakukan perencanaan, tindakan, dan refleksi. Kerrsy Hobson menawarkan dua belas prinsip dasar yang dapat digunakan sebagai pedoman.

  1. mengetahui alasan mengapa monitoring dan evaluasi dibutuhkan
  2. menyetujui prinsip-prinsip yang menjadi pedoman yaitu harus relevan, berguna, sesuai dengan waktu yang ditetapkan, dan kredibel.
  3. menentukan program atau proyek yang perlu dimonitor
  4. menentukan siapa saja yang terlibat dalam setiap tahapan monitoring dan evaluasi
  5. menentukan topik kunci dan pertanyaan untuk melakukan investigasi
  6. mengklarifikasi sasaran, tujuan, aktivitas, dan langkah-langkah untuk berubah
  7. mengidentifikasi informasi yang perlu diketahui
  8. memutuskan bagaimana informasi diperoleh
  9. menilai kontribusi/pengaruh yang diberikan
  10. menganalisis dan menggunakan informasi
  11. menjelaskan data
  12. etika dan proteksi data
Pada tahapan mengklarifikasi sasaran, tujuan, aktivitas, dan langkah-langkah untuk berubah. Untuk dapat menilai kemajuan, perlu diketahui apa yang sedang diraih dan bagaimana cara meraihnya dengan kembali melihat apa yang menjadi tujuan, target, dan kegiatan yang sudah dilakukan. Beberapa konsep penting yang menjadi kunci strategi dan desain program proyek adalah.
  1. Aim (Dampak yang diinginkan), yaitu dampak akhir yang ingin diraih pada kehidupan orang lain atau lingkungan sekitar.
  2. Objektive (tujuan;Outcome yang diinginkan), yaitu perubahan-perubahan yang perlu dilakukan untuk mencapai dampak yang diinginkan.
  3. Output, yaitu hasil cepat yang diraih dari suatu kegiatan yang dapat berkontribusi terhadap tujuan yang ingin dicapai (objektive)
  4. Activities, yaitu kegiatan program atau kegiatan proyek yang sedang dilakukan sebagai proses memperoleh output yang diinginkan.
  5. Inputs, yaitu semua yang diperlukan selama melakukan kegiatan program atau proyek, seperto manusia, keuangan, organisasi, teknis, dan semua sumber daya sosial
  6. Strategi dan desai program untuk mencapai perubahan dapat dijelaskan dengan tahapan input-kegiatan-output-outcome-dampak (impact)


2. Pembelajaran (Learning)

Dr Roger Greenaway seoarang ahli di bidang pelatihan guru dan sebagai fasilitator merancang kerangka kerja pembelajaran (Learning) melalui empat tingkat model. Keempat F adalah:

  1. Fact (Fakta ): Catatan objektif tentang apa yang terjadi
  2. Feeling (Perasaan): Reaksi emosional terhadap situasi
  3. Finding (Temuan): Pembelajaran konkret yang dapat diambil dari situasi tersebut
  4. Future (Masa Depan): Menyusun pembelajaran digunakan di masa depan

Model ini dapat digunakan untuk berpikir dan merefleksikan situasi dan dapat membantu menyusun refleksi tertulis. Model ini mudah diingat dan membahas aspek utama dari apa yang perlu dipertimbangkan ketika meninjau suatu pengalaman.

3. Pelaporan atau Reporting

Menurut Himstreet, et al. (1983), laporan adalah pesan yang disampaikan secara sistematis dan objektif yang digunakan untuk menyampaikan informasi dari satu bagian organisasi kepada bagian lain atau lembaga lain untuk membantu pengambilan keputusan atau memecahkan persoalan. Laporan merupakan alat bagi pimpinan untuk menginformasikan atau memberikan masukan untuk setiap pengambilan keputusan yang diambilnya. Oleh karena itu laporan harus akurat, lengkap, dan objektif. Dalam prakteknya, laporan adalah sebuah dokumen yang merupakan produk akhir dari suatu kegiatan.

Selain MELR dalam modul ini juga dibahas tentang manajemen risiko yaitu metode yang tersusun secara logis dan sistematis dari suatu rangkaian kegiatan; penetapan konteks, identifikasi,analisa, evaluasi, pengendalian serta komunikasi risiko. Risiko dalam sebuah program merupakan sebuah langkah awal yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi segala sesuatu yang kemungkinan besar dapat terjadi, termasuk juga dalam merencanakan dan melaksanakan program pendidikan. Risiko tidak dapat dihindari tetapi dapat dikelola dan dikendalikan karena apabila risiko tidak dikelola dengan baik maka akan mengakibatkan kerugian serta hambatan.

Beberapa tipe risiko di lembaga pendidikan, meliputi:

  1. Risiko Strategis, merupakan risiko yang berpengaruh terhadap kemampuan organisasi mencapai tujuan
  2. Risiko Keuangan, merupakan risiko yang mungkin akan berakibat berkurangnya aset
  3. Risiko operasional, merupakan risiko yang berdampak pada kelangsungan proses manajemen
  4. Risiko pemenuhan, merupakan risiko yang berdampak pada kemampuan proses dan prosuderal internal untuk memenuhi hukum dan peraturan yang berlaku
  5. Risiko Reputasi, merupakan risiko yang berdampak pada reputasi dan merek lembaga. (Princewatercoper, 2003)
Pada akhirnya perubahan-perubahan yang dilakukan sekolah akan menimbulkan suatu risiko, namun tidak melakukan perubahan pun merupakan sebuah risiki. Oleh karena itu setiap sekolah harus mengidentifikasi risiki dan merencanakan pengolahannya. Apabila semua sekolah dapat menerapkan manajemen risiko maka setiap kerugian akan dapat diminimalisir. Adapun tahapan manjeman risisko sebagai berikut. 
  1. Identifikasi jenis risiko;
  2. pengukuran risiko
  3. melakukan strategi dalam pengendalian risiko
  4. melakukan evaluasi terus menerus, maju dan berkelanjutan

Dari pembahasan di atas benang merah yang dapat ditarik dari keterkaitan antar materi adalah dalam pembuatan program diperlukan perencanaan dengan menggunakan tahapan BAGJA supaya dapat sesuai dengan tujuan dan visi sekolah. Untuk melihat sejauh mana keberhasilan dari program tersebut maka diperlukan MELR (Monitoring, evaluation, learning and reporting). Selain itu, dalam pembuatan suatu program pasti akan menimbulkan risiko, Oleh karena itu, penting sekali sebuah lembaga pendidikan untuk melakukan analisis dan metodologi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, mengendalikan, dan mengevaluasi risiko yang mungkin terjadi.

Kaitan antara pemetaan sumber daya dengan perencanaan program sekolah yang berdampak pada murid adalah program sekolah yang berdampak pada murid merupakan sebuah rencana/rancangan yang dibuat berdasarkan hasil analisis kebutuhan murid dan yang menjadi sasaran utamanya adalah murid. Program ini juga berbasis pada asset yang berfokus pada kekuatan yang ada, mengarah pada masa depan, bagaimana berpikir pada kesuksesan yang diraih dan kekuatan untuk mencapai kesuksesan tersebut, bagaimana mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya, bagaimana merancang sebuah rencana berdasarkan visi dan kekuatan, dan bagaimana melaksanakan rencana aksi yang sudah direncanakan.

Program Satgas Sekolah SMA YP Unila
Program Belajar Bersama Ahlinya (BBA) SMA YP Unila Bandar Lampung

Kegiatan IHT SMA YP Unila Bandar Lampung









Rabu, 15 September 2021

3.1.a.9. Koneksi Antarmateri Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajar

Oleh Iis widaningsih, S.Pd.

CGP-2 SMA YP Unila, Bandar Lampung

Program Pendidikan guru penggerak merupakan program Pendidikan kepemimpinan bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran. Melalui program ini diharapkan akan melahirkan guru-guru terbaik untuk menghadirkan perubahan nyata bagi Pendidikan Indonesia. Guru penggerak adalah pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif dan proaktif serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem Pendidikan untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila. Hal ini senada dengan Pratap Triloka yaitu : 1) Ing ngarsa sung tulada 2) Ing madya mangun karsa dan 3) Tut wuri handayani yang berarti di depan menjadi teladan, ditengah-tengah memberi semangat prakarsa dan ide, dan di belakang meberi dorongan atau arahan. Teladan menjadi kata kunci kesuksesan dalam pembelajaran, sehingga ketika pembelajaran berlangsung seorang pendidik harus membimbing dan mengarahkan agar tujuan pembelajaran yang dipelajari siswa benar dan tepat.

Pemimpin pembelajaran merupakan salah satu nilai guru penggerak. Banyak inovasi, kegiatan positif sehingga dapat menuntun tumbuh kembang kodrat yang dimiliki oleh anak-anak. Dalam praktik kegiatan tersebut  tentunya seorang guru menghadapi  tantangan tersendiri sebab seorang guru akan dihadapkan pada masalah-masalah atau dihadapkan dalam situsi diharuskan mengambil suatu keputusan, dan keberhasilan seorang pemimpin dalam mengambil salah satu tugas tersulit tersebut, yaitu bagaimana ia mengambil sebuah keputusan yang efektif. Terkadang kita dihadapkan pada situasi dilema etika adalah situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan dan bujukan moral adalah Situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar atau salah.

Pemimpin pembelajaran harus mampu membangun kolaborasi dengan orang yang dipimpinnya, sehingga diharapkan mampu menjadi rekan sekaligus orangtua di sekolah dan juga mampu menjadikan peserta didik terampil dalam mengambil keputusan yang tepat bagi dirinya. Hal ini salah satu fungsi seorang guru sebagai coach yang berarti kegiatan percakapan yang memberdayakan potensi coachee dan motivator untukmenuntun tumbuh kembang seluruh potensi yang dimilikinya.

Pengambilan keputusan adalah sebuah proses menentukan sebuah pilihan dari berbagai alternatif pilihan yang tersedia, seorang guru terkadang dihadapkan pada suatu keadaan ketika ia harus menentukan pilihan keputusan dari berbgai alternatif yang ada. Proses yang rumit ini berdampak pada dirinya dan lingkungan sekolah serta munculnya pertentangan nilai yang tertanam dan diyakininya sehingga dapat mempengaruhi pada prinsip-prinsip dalam mengambil suatu keputusan. Memilih dua kebenaran yang saling bertentangan adalah sesuatu yang sangat sulit, namun keputusan haruslah tetap diambil. Memilih paradigma dan prinsip dalam mengambil keputusan adalah sesuatu yang sangat subjektif karena setiap orang memiliki perspektif yang berbeda dikarenakan perbedaan nilai yang dianutnya.

Pada dasarnya keputusan yang dibuat adalah untuk memecahkan permasalahan serta untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. Karena itu, agar keputusan yang diambil efektif, maka seorang guru harus berpegang pada nilai-nilai kebajikan, yaitu cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab, serta penghargaan yang tertanam pada diri dan menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sebagai berikut :

  • Mengidentifikasi bahwa terdapat nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini
  • Menentuka siapa saja yang terlibat dalam situasi ini
  • Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini
  • Melakukan pengujian benar atau salah baik melalui uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran serta uji panutan atau idola
  • Melakukan pengujian paradigma benar atau salah yang memuat 4 paradigma yaitu : individu lawan masyarakat, rasa keadilan lawan rasa kasihan serta jangka pendek lawan jangka Panjang
  •  Melakukan prinsip resolusi yakni berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis aturan atau berpikir berbasis rasa peduli
  • Melakukan investigasi opsi trilemma
  • Membuat keputusan
  • Melaihat kembali keputusan kemudian merefleksikannya

Dalam proses pengambilan keputusan, terkadang ditemukan permasalahan-permasalahan yang perlu dipertimbangkan dalam mengambil keputusan. Apalagi bila keputusan yang diambil menyebabkan konflik. Tak seorang pun sempurna sebagai pengambil keputusan, akan tetapi kita tentunya menghendaki keberhasilan dalam memutuskan sesuatu yang penting. Pengambilan keputusan yang baik salah satunya dapat dicapai melalui proses coaching. Melalui proses coaching dapat memberikan manfaat berarti bagi peserta didik dalam mengembangkan potensi diri yang dimilikinya termasuk dalam menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapinya sendiri. Apabila peserta didik memperoleh coaching yang tepat, maka akan berdampak pada tercapainya kompetensi, membangkitkan motivasi dan komitmen pada perubahan. Proses coaching ini sangat efektif terutama dalam pengujian pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.

Pengambilan keputusan adalah sebuah proses menentukan sebuah pilihan dari berbagai alternatif pilihan yang tersedia, seorang guru terkadang dihadapkan pada suatu keadaan  ia harus menentukan pilihan keputusan dari berbgai alternatif yang ada. Proses pengambilan dan pengujian keputusan ini berdampak pada dirinya dan lingkungan sekolah serta munculnya pertentangan nilai yang tertanam dalam diri sehingga dapat mempengaruhi pada prinsip-prinsip dalam mengambil suatu keputusan. Memilih dua kebenaran yang saling bertentangan adalah sesuatu yang sangat sulit, namun keputusan haruslah tetap diambil.

Pada akhirnya semua materi yang dipekajari muaranya adalah murid bagaimana seorang guru mampu mengarahkan dan menuntun segala potensi yang dimiliki murid sehingga ia mampu mengambil keputusan dan dapat hidup berakhlak mulia, bernalar kritis, mandiri, kretaif dan bergotong-royong.

 


Kamis, 09 September 2021

3.1.a.7. Demontrasi Kontekstual -Pengambilan Keputusan sebagai pemimpin pembelajaran

Saya sebagai guru merupakan pemimpin pembelajaran bagi murid dan  bagian dari stakeholder di sekolah. Akan banyak situasi disekolah yang akan terselesaikan dengan efektif setelah mengetahui dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Keberhasilan seorang pemimpin dalam mengemban salah satu tugas tersulit, yaitu mengambil suatu keputusan yang efektif. Keputusan-keputusan ini, secara langsung atau tidak langsung bisa menentukan arah dan tujuan institusi atau lembaga tempat saya menjalankan tugas keprofesian saya.Berikut merupakan demontrasi kontestual saya dalam mempraktikan teori pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajar.
 

Bagaimana Anda nanti akan mentransfer dan menerapkan pengetahuan yang Anda dapatkan di program guru penggerak ini di sekolah/lingkungan asal Anda?

Cara saya mentransfer pengetahuan yang telah saya dapat dari program guru penggerak ini adalah dengan mengadakan diskusi formal maupun nonformal baik dilingkungan sekolah tempat saya mengajar ataupun di luar sekolah misalnya melalui kegiatan MGMP Bahasa Indonesia SMA Kota Bandar Lampung.

Apa langkah-langkah awal yang akan Anda lakukan untuk memulai mengambil keputusan berdasarkan pemimpin pembelajaran?

Langkah awal yang akan saya lakukan adalah

  • Menentukan siapa yang akan saya ajak untuk bekerja sama dalam kegiatan tersebut.
  • Berdiskusi dengan rekan sejawat tersebut terkait kegiatan yang akan dilaksanakan misalnya forum diskusi formal maupun nonformal.
  •  Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat kegiatan yang akan dilakukan dan memperaktikan prinsip pengambilan keputusan dan melakukan sembilan langkah pengujian dan pengambilan keputusan. 
  • Mengatur jadwal kegiatan
  •  Evaluasi dan refleksi

Mulai kapan Anda akan menerapkan langkah-langkah tersebut, hari ini, besok, minggu depan, hari apa? Catat rencana Anda, sehingga Anda tidak lupa.

Mulai hari ini, Jumat 10 September 2021.

Siapa yang akan menjadi pendamping Anda, dalam menjalankan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran? Seseorang yang akan menjadi teman diskusi Anda untuk menentukan apakah langkah-langkah yang Anda ambil telah tepat dan efektif.

Rekan sejawat saya di sekolah bernama Delvi Iskandar, M.Pd. selaku guru bahasa Indonesia SMA YP unila, Ibu Meilisa, M.Pd., Pak Yuli Hariyanto rekan sejawat di MGMP Bahasa indonesia SMA beliau akan menjadi teman diskusi saya dalam melaksanakan rencana kegiatan mentrasfer ilmu dari program guru penggerak ini.

Berikut kegiatan MGMP Bahasa Indonesia SMA yang telah saya lakukan pada bulan Agustus secara virtual dengan agenda pengenalan program guru penggerak dengan narasumber saya Iis Widaningsih, S.Pd. Calon guru penggerak angkatan dua.




Rabu, 21 Juli 2021

PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

 

  • Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu.
  • Profil Belajar adalah Merupakan pendekatan yang disukai murid untuk belajar, yang dipengaruhi oleh gaya berpikir, kecerdasan, budaya, latar belakang, jenis kelamin, dan lain-lain. 
  • Scaffolding adalah Suatu teknik pembelajaran di mana murid diberikan sejumlah bantuan, kemudian perlahan-lahan diadakan pengurangan terhadap bantuan tersebut hingga pada akhirnya, murid dapat menunjukkan kemandirian yang lebih besar dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:

  1. Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.
  2. Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Jadi bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.
  3. Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.
  4. Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
  5. Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.

Jika kita mengacu ke kasus Ibu Nur diatas, maka keputusannya untuk memberikan soal tambahan, dengan jenis soal yang tetap sama serta tingkat kesulitan yang juga sama, kepada tiga murid yang selesai terlebih dahulu, belum dapat dikatakan sebagai diferensiasi. Apalagi, tujuan diberikannya soal tadi adalah agar tiga murid tersebut ada ‘pekerjaan’ sehingga tidak mengganggu murid yang lain.  Pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut. Dengan demikian, Ibu Nur perlu melakukan identifikasi kebutuhan belajar dengan lebih komprehensif, agar dapat merespon dengan lebih tepat terhadap kebutuhan belajar murid-muridnya, termasuk ketiga murid tersebut.

Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek. 

Ketiga aspek tersebut adalah:

  1. Kesiapan belajar (readiness) murid
  2. Minat murid
  3. Profil belajar murid

Sebagai guru, kita semua tentu tahu bahwa murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Lalu jika tugas-tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar).

1. KESIAPAN BELAJAR (READINESS)

Apa yang Anda pikirkan ketika mendengar kata “Kesiapan Belajar”?

Bayangkanlah situasi berikut ini:

Dalam pelajaran bahasa Indonesia, Bu Nur ingin mengajarkan muridnya membuat karangan berbentuk narasi. Ia kemudian melakukan penilaian diagnostik. Ia menemukan bahwa ada tiga kelompok murid di kelasnya. 

  • Kelompok A adalah murid yang telah memiliki keterampilan menulis dengan struktur yang benar dan memiliki kosakata yang cukup kaya. Mereka juga cukup mandiri dan percaya diri dalam bekerja.
  • Kelompok B adalah murid yang memiliki keterampilan menulis dengan struktur yang benar, namun kosakatanya masih terbatas.
  • Kelompok C adalah murid yang belum memiliki keterampilan menulis dengan struktur yang benar dan kosakatanya pun terbatas

    Apa yang dilakukan oleh Bu Nur di atas adalah memetakan kebutuhan belajar berdasarkan kesiapan belajar.

    Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru tersebut.  

     
    Ada banyak cara untuk membedakan kesiapan belajar. Tomlinson (2001) mengatakan bahwa merancang pembelajaran berdiferensiasi mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD. Untuk mendapatkan kombinasi suara terbaik biasanya Anda akan menggeser-geser tombol equalizer tersebut terlebih dahulu. Saat Anda mengajar, menyesuaikan “tombol” dengan tepat untuk berbagai kebutuhan murid akan menyamakan peluang mereka untuk mendapatkan materi, jenis kegiatan dan menghasilkan produk belajar yang tepat di kelas Anda.  Tombol-tombol dalam equalizer tersebut mewakili beberapa perspektif kontinum yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat kesiapan murid. Dalam modul ini, kita akan mencoba membahas 6 dari beberapa contoh perspektif kontinum tersebut, dengan mengadaptasi alat yang disebut Equalizer yang diperkenalkan oleh Tomlinson (Tomlinson, 2001).

    Saat sebagian murid dihadapkan pada sebuah ide yang baru, atau jika ide itu bukan di salah satu bidang yang dikuasai oleh murid, mereka sering membutuhkan informasi pendukung yang lebih jelas, sederhana, dan tidak bertele-tele untuk memahami ide tersebut. Mereka akan perlu waktu untuk berlatih menerapkan ide secara langsung. Jika murid berada dalam tingkatan ini, maka bahan-bahan materi yang mereka gunakan dan tugas-tugas yang mereka lakukan harus bersifat mendasar dan disajikan dengan cara yang membantu mereka membangun landasan pemahaman yang kuat. Di lain waktu, ketika murid dihadapkan pada ide-ide yang telah mereka pahami atau berada di area yang menjadi kekuatan mereka, maka dibutuhkan informasi yang lebih rinci dari ide tersebut. Mereka perlu melihat bagaimana ide tersebut berhubungan dengan ide-ide lain untuk menciptakan pemikiran baru. Kondisi seperti itu membutuhkan bahan dan tugas yang lebih bersifat transformatif. 

    B. Konkret - Abstrak

    Di lain kesempatan, guru mungkin dapat mengukur kesiapan belajar murid dengan melihat apakah mereka masih di tingkatan perlu belajar secara konkret atau sudah siap bergerak mempelajari sesuatu yang lebih abstrak.

    C. Sederhana - Kompleks

    Beberapa murid mungkin perlu bekerja dengan materi lebih sederhana dengan satu abstraksi pada satu waktu; yang lain mungkin bisa menangani kerumitan berbagai abstraksi.

    D. Terstruktur - Open Ended

    Kadang-kadang murid perlu menyelesaikan tugas yang ditata dengan cukup baik untuk mereka, di mana mereka tidak memiliki terlalu banyak keputusan untuk dibuat. Namun, di waktu lain, murid siap menjelajah dan menggunakan kreativitas mereka.

    E. Tergantung (dependent) - Mandiri (Independent)

    Walaupun pada akhirnya kita mengharapkan bahwa semua murid kita dapat belajar, berpikir dan menghasilkan pekerjaan secara mandiri, namun sama seperti tinggi badan, mungkin seorang anak akan lebih cepat bertambah tinggi daripada yang lain. Dengan kata lain, beberapa murid mungkin akan siap untuk kemandirian yang lebih awal daripada yang lain.

    F. Lambat - Cepat

    Beberapa murid dengan kemampuan yang baik dalam suatu mata pelajaran mungkin perlu bergerak cepat melalui materi yang telah ia kuasai atau sedikit menantang. Tetapi di lain waktu, murid yang sama mungkin akan membutuhkan lebih banyak waktu daripada yang lain untuk mempelajari sebuah topik.

    The Equalizer (Tomlinson)


    Perlu diingat bahwa kesiapan belajar murid bukanlah tentang tingkat intelektualitas (IQ). Hal ini lebih kepada informasi tentang apakah pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki murid saat ini, sesuai dengan keterampilan atau pengetahuan baru yang akan diajarkan.  Adapun tujuan melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan tingkat kesiapan belajar adalah untuk memodifikasi tingkat kesulitan pada bahan pembelajaran, sehingga dipastikan murid terpenuhi kebutuhan belajarnya (Joseph, Thomas, Simonette & Ramsook, 2013).

    2. MINAT MURID

    Kita tahu bahwa seperti juga kita orang dewasa, murid juga memiliki minat sendiri. Ada murid yang minat nya sangat besar dalam bidang seni, matematika, sains, drama, memasak, dsb.  Minat adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat ‘terlibat aktif’ dalam proses pembelajaran.Tomlinson (2001) menjelaskan bahwa mempertimbangkan minat murid dalam merancang pembelajaran memiliki tujuan diantaranya: 

    • Membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan keinginan mereka sendiri untuk belajar;
    • Menunjukkan keterhubungan antara semua pembelajaran;
    • Menggunakan keterampilan atau ide yang familiar bagi murid sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang familiar atau baru bagi mereka, dan;
    • Meningkatkan motivasi murid untuk belajar.

    Sepanjang tahun, murid yang berbeda akan menunjukkan minat pada topik yang berbeda. Gagasan untuk membedakan melalui minat adalah untuk "menghubungkan" murid pada pelajaran untuk menjaga minat mereka. Dengan menjaga minat murid tetap tinggi, diharapkan dapat meningkatkan kinerja murid.

    Beberapa ide yang dapat dilakukan untuk meningkatkan dan mempertahankan minat diantaranya misalnya:

    • Meminta murid untuk memilih apakah mereka ingin mendemonstrasikan pemahaman dengan menulis lagu, melakukan pertunjukan atau menari.
    • Menggunakan teknik Jigsaw dan pembelajaran kooperatif.
    • Menggunakan strategi investigasi kelompok berdasarkan minat.
    • Membuat kegiatan “sehari di tempat kerja”. Murid diminta mempelajari bagaimana sebuah keterampilan tertentu diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Mereka boleh memilih profesi yang sesuai minat mereka.
    • Membuat model.

    3. PROFIL BELAJAR MURID

    Profil belajar murid terkait dengan banyak faktor, seperti: bahasa, budaya, kesehatan, keadaan keluarga, dan kekhususan lainnya. Selain itu juga akan berhubungan dengan gaya belajar seseorang. Menurut Tomlinson (dalam Hockett, 2018) profil belajar murid ini merupakan pendekatan yang disukai murid untuk belajar, yang dipengaruhi oleh gaya berpikir, kecerdasan, budaya, latar belakang, jenis kelamin, dll. 

    Tujuan dari pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara natural dan efisien. Namun demikian, sebagai guru, kadang-kadang kita secara tidak sengaja cenderung memilih gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajar kita sendiri.  Padahal kita tahu setiap anak memiliki profil belajar sendiri. Memiliki kesadaran tentang ini sangat penting agar guru dapat memvariasikan metode dan pendekatan mengajar mereka. Penting juga untuk diingat bahwa kebanyakan orang lebih suka kombinasi profil. Menurut Tomlinson (2001), ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembelajaran seseorang. Berikut ini adalah beberapa yang harus diperhatikan:

    • Lingkungan: suhu, tingkat aktivitas, tingkat kebisingan, jumlah cahaya.
    • Pengaruh Budaya: santai - terstruktur, pendiam - ekspresif, personal - impersonal.
    • Visual: belajar dengan melihat (diagram, power point, catatan, peta, grafik organisator).
    • Auditori: belajar dengan mendengar (kuliah, membaca dengan keras, mendengarkan musik).
    • Kinestetik: belajar sambil melakukan (bergerak dan meregangkan tubuh, kegiatan hands on, dsb).

    Berdasarkan pemaparan mengenai ketiga aspek dalam mengkategorikan kebutuhan belajar murid, maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa untuk mengoptimalkan pembelajaran dan tentunya hasil dari pembelajaran murid diperlukan pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan belajar murid.

    Selasa, 06 Juli 2021

     

    PROSES PENYUSUNAN KESEPAKATAN KELAS

    No

    Langkah Langkah

    Tindakan

    Percakapan

    1

    Mengkodisikan murid

    Menjelaskan tujuan dibuat kontrak belajar

    Assalamualaikum warahmatulahi wabarakatuh,

    Selamat pagi anak-anak hebat,

    Sebelum kita memulai kegiatan pembelajar kita terlebih dahulu kita akan membuat kesepakatan kelas ya!

    Apakah diantara kalian ada yang mengetahui apa tujuan kesepakatan kelas kita buat?

    2

    Mengeksplorasi kebutuhan murid

    Bertanya tentang kominten dalam mencapai tujuan

    Baik anak-anak materi pelajaran kita hari ke depan, nah untuk mencapai kompetensi pembelajaran hari ini tercapai,

    1.       komitmen apa yang harus kita sepakati agar tujuan pembelajaran kita dapat kita capai dengan baik?

    2.       Harapan bu iis hari ini kalian mampu memiliki kompetensi yang baik tentang …?

    3.       Apa harapan kalian hari ini?

     

    3

    Menyusun kesepakatan

    Menuliskan kesepakatan dengan beberapa kalimat singkat di kertas berwarna.

    Silahkan tuliskan satu kalimat berisi aturan yang akan kita sepakati agar pembelajaran hari ini berjalan sesuai dengan harapan kita?

    Menggunakan aplikasi menarik seperti padlet, minmeter jika dilakukan secara daring

    4

    Mempublikasikan Point kesepakatan

    Menempelkan poin kesepakatan di depan kelas

    Silakan tempelkan poin kesepakatan dikertas karton di depan kelas? Jika daring dibuat mengunakan aplikasi canva dll.

    Silakan satu orang ke depan kelas jika tatap muka untuk membaca kembali point yang sudah kita sepakati?

     

    Hal yang harus diperhatikan dalm menyususn kesepakatan kelas

    Dalam menyusun kesepakatan kelas, guru perlu mempertimbangkan hal yang penting dan hal yang bisa dikesampingkan. Murid dapat mengalami kesulitan dalam mengingat banyak informasi, jadi susunlah 4 - 8 aturan untuk setiap kelas. Jika berlebihan, murid akan merasa kesulitan dan tidak mendapatkan makna dari kesepakatan kelas tersebut. Kesepakatan harus disusun dengan jelas sehingga murid dapat memahami perilaku apa yang diharapkan dari mereka. Mengunakan kalimat-kalimat positif. Contoh terlampir.

    Respon murid setelah menyususn kesepakatan kelas adalah murid merasa dihargai, proses belajar mengajar lebih mudah dan siswa tidak merasa tertekan, siswa jiga merasa lebih bertanggu jawab aturan dibuat oleh murid dengan kesepakatan bersama.

    Dokumentasi menyusun kesepakatan kelas

    Contoh Poin kesepakatan Kelas

     

    Capture28.JPG

    kontrak belajar.JPG

     

    kontrak belajar 1.JPG